PERSAUDARAAN AGAMA-AGAMA
AGAMA & FILSAFATPenerbit | : | AL-MIZAN |
Penulis | : | WARYONO ABDUL GHAFUR |
Di antara agama-agama yang ada di dunia, Yahudi, Nasrani, dan Islam memiliki penganut paling banyak dan juga paling sering terlibat konflik dalam sejarah. Padahal, pembawa tiga agama tersebut bermuara pada satu figur: Ibrahim. Karena kesamaan itulah, penganut ketiga agama tersebut berebut klaim sebagai ahli waris millah Ibrâhîm. Millah Ibrâhîm (Abrahamic Religion) di sini bermakna kepercayaan dan praktik hidup yang dijalankan oleh Ibrahim.
Mengikuti millah Ibrâhîm berarti mempraktikkan dan mengikuti jejak-langkahnya dalam...
*Harga belum termasuk diskon reseller.
Deskripsi Produk
Di antara agama-agama yang ada di dunia, Yahudi, Nasrani, dan Islam memiliki penganut paling banyak dan juga paling sering terlibat konflik dalam sejarah. Padahal, pembawa tiga agama tersebut bermuara pada satu figur: Ibrahim. Karena kesamaan itulah, penganut ketiga agama tersebut berebut klaim sebagai ahli waris millah Ibrâhîm. Millah Ibrâhîm (Abrahamic Religion) di sini bermakna kepercayaan dan praktik hidup yang dijalankan oleh Ibrahim.
Mengikuti millah Ibrâhîm berarti mempraktikkan dan mengikuti jejak-langkahnya dalam hal faith (iman) dan sekaligus praktik empiriknya (syariat). Maka, pengikut millah Ibrâhîm bukan saja se-iman dengan Ibrahim, tetapi juga menjalankan tuntutan imannya, yang lazim dikenal dengan Islâm, yakni pasrah dalam menerima dan menjalankan semua perintah Allah secara total.
Maka, millah Ibrâhîm di satu sisi bersifat terbuka atas berbagai keyakinan dan praktik keagamaan yang selaras dengan pengertian tersebut, meski secara genealogis tidak bermuara pada Ibrahim. Di sisi lain, ia bersifat tertutup atas iman dan praktik keagamaan yang tidak selaras meski masih memiliki hubungan genetis dengan Ibrahim. Jadi, persaudaraan agama-agama terjalin bukan karena hubungan genetis, tetapi karena hubungan imani dan syar'i.
Millah Ibrâhîm dalam pengertian tersebut dapat dijadikan paradigma untuk memahami ayat-ayat al-Qur'an tertentu—misalnya ayat inna al-dîna 'inda Allâh al-islâm—yang oleh satu kelompok dipahami secara eksklusif, namun oleh kelompok lain dipahami secara inklusif. Ayat-ayat al-Qur'an, mesti diingat, merupakan satu-kesatuan utuh yang tidak boleh dipahami secara parsial (juz'iyyah). Di samping itu, kita juga mesti memahami al-Qur'an secara kontekstual dengan menelusuri latar historis ayat sambil menelisik ideal moralnya.
Thabathaba'i, melalui tafsirnya, al-Mîzân mencoba memberi pemahaman utuh akan arti persaudaraan agama-agama. Dalam pandangannya atas millah Ibrâhîm, ia menangkap dan menawarkan ideal moral al-Qur'an yang dapat dijadikan jembatan hubungan agama-agama yang ada di dunia, terutama agama Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Spesifikasi Produk
SKU | : | IM-116 |
ISBN | : | 9786024410049 |
Berat | : | 250 gram |
Dimensi (P/L/T) | : | 14 cm/ 21 cm/ 2 cm |
Halaman | : | 292 |
Tahun Terbit | : | 1116 |
Jenis Cover | : | Soft Cover |