EINSTEIN

SOCIAL SCIENCE
Penerbit  :  BENTANG PUSTAKA
Penulis  :  Walter Isaacson

Wajah Albert Einstein terpampang di sampul majalah Time edisi Juli 1946, lengkap dengan rambut acak-acakan dan ekspresi jenaka yang khas. Di belakangnya, terlukis ledakan disertai tulisan E = mc2. Tak berselang lama, News week melabelinya dengan sebutan “The Man Who Started It All”.

 

 

Meski Einstein tidak turut langsung dalam upaya pengembangan senjata nuklir di Proyek Manhattan, kontribusinya dalam memprakarsai penelitian bom atom di Amerika Serikat menjadi citra buruk yang...

Rp. 239,000

*Harga belum termasuk diskon reseller.

Stok: Untuk membeli produk ini harus menjadi RESELLER terlebih dahulu

Deskripsi Produk

Wajah Albert Einstein terpampang di sampul majalah Time edisi Juli 1946, lengkap dengan rambut acak-acakan dan ekspresi jenaka yang khas. Di belakangnya, terlukis ledakan disertai tulisan E = mc2. Tak berselang lama, News week melabelinya dengan sebutan “The Man Who Started It All”.

 

 

Meski Einstein tidak turut langsung dalam upaya pengembangan senjata nuklir di Proyek Manhattan, kontribusinya dalam memprakarsai penelitian bom atom di Amerika Serikat menjadi citra buruk yang melekat pada dirinya untuk waktu lama. Terlebih pengeboman Hiroshima dan Nagasaki menimbulkan luka yang sangat dalam bagi dunia.

Sungguh ironis! Citra tersebut sama sekali tidak mencerminkan diri Einstein seutuhnya. Didorong oleh naluri lama sebagai pendukung pasifisme, ia justru menghabiskan puncak kariernya dengan upaya keras mencegah perang dan penggunaan senjata nuklir. Hal yang menjadikannya dicintai sekaligus dibenci.

Jiwa pemberontak dan vokalnya terhadap isu itu tumbuh dari hasratnya atas sebuah dunia di mana ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang bebas dari batasan otoritas dan prasangka sosial. Sejak usia yang muda, ia amat menghargai rasa ingin tahu dan ketakjubannya pada alamsemesta, yang akhirnya menjadi motivasi seumur hidupnya.

Dalam biografi ini, Walter Isaacson tak hanya membawa kita menyelami pemikiran Einstein, tetapi juga melukiskan sosok manusia di balik status ikon genius.

">

Wajah Albert Einstein terpampang di sampul majalah Time edisi Juli 1946, lengkap dengan rambut acak-acakan dan ekspresi jenaka yang khas. Di belakangnya, terlukis ledakan disertai tulisan E = mc2. Tak berselang lama, News week melabelinya dengan sebutan “The Man Who Started It All”.

Meski Einstein tidak turut langsung dalam upaya pengembangan senjata nuklir di Proyek Manhattan, kontribusinya dalam memprakarsai penelitian bom atom di Amerika Serikat menjadi citra buruk yang melekat pada dirinya untuk waktu lama. Terlebih pengeboman Hiroshima dan Nagasaki menimbulkan luka yang sangat dalam bagi dunia.

Sungguh ironis! Citra tersebut sama sekali tidak mencerminkan diri Einstein seutuhnya. Didorong oleh naluri lama sebagai pendukung pasifisme, ia justru menghabiskan puncak kariernya dengan upaya keras mencegah perang dan penggunaan senjata nuklir. Hal yang menjadikannya dicintai sekaligus dibenci.

Jiwa pemberontak dan vokalnya terhadap isu itu tumbuh dari hasratnya atas sebuah dunia di mana ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang bebas dari batasan otoritas dan prasangka sosial. Sejak usia yang muda, ia amat menghargai rasa ingin tahu dan ketakjubannya pada alamsemesta, yang akhirnya menjadi motivasi seumur hidupnya.

Dalam biografi ini, Walter Isaacson tak hanya membawa kita menyelami pemikiran Einstein, tetapi juga melukiskan sosok manusia di balik status ikon genius.

">

Wajah Albert Einstein terpampang di sampul majalah Time edisi Juli 1946, lengkap dengan rambut acak-acakan dan ekspresi jenaka yang khas. Di belakangnya, terlukis ledakan disertai tulisan E = mc2. Tak berselang lama, News week melabelinya dengan sebutan “The Man Who Started It All”.

 

Meski Einstein tidak turut langsung dalam upaya pengembangan senjata nuklir di Proyek Manhattan, kontribusinya dalam memprakarsai penelitian bom atom di Amerika Serikat menjadi citra buruk yang melekat pada dirinya untuk waktu lama. Terlebih pengeboman Hiroshima dan Nagasaki menimbulkan luka yang sangat dalam bagi dunia.

Sungguh ironis! Citra tersebut sama sekali tidak mencerminkan diri Einstein seutuhnya. Didorong oleh naluri lama sebagai pendukung pasifisme, ia justru menghabiskan puncak kariernya dengan upaya keras mencegah perang dan penggunaan senjata nuklir. Hal yang menjadikannya dicintai sekaligus dibenci.

Jiwa pemberontak dan vokalnya terhadap isu itu tumbuh dari hasratnya atas sebuah dunia di mana ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang bebas dari batasan otoritas dan prasangka sosial. Sejak usia yang muda, ia amat menghargai rasa ingin tahu dan ketakjubannya pada alamsemesta, yang akhirnya menjadi motivasi seumur hidupnya.

Dalam biografi ini, Walter Isaacson tak hanya membawa kita menyelami pemikiran Einstein, tetapi juga melukiskan sosok manusia di balik status ikon genius.

">

Wajah Albert Einstein terpampang di sampul majalah Time edisi Juli 1946, lengkap dengan rambut acak-acakan dan ekspresi jenaka yang khas. Di belakangnya, terlukis ledakan disertai tulisan E = mc2. Tak berselang lama, News week melabelinya dengan sebutan “The Man Who Started It All”.

Meski Einstein tidak turut langsung dalam upaya pengembangan senjata nuklir di Proyek Manhattan, kontribusinya dalam memprakarsai penelitian bom atom di Amerika Serikat menjadi citra buruk yang melekat pada dirinya untuk waktu lama. Terlebih pengeboman Hiroshima dan Nagasaki menimbulkan luka yang sangat dalam bagi dunia.

Sungguh ironis! Citra tersebut sama sekali tidak mencerminkan diri Einstein seutuhnya. Didorong oleh naluri lama sebagai pendukung pasifisme, ia justru menghabiskan puncak kariernya dengan upaya keras mencegah perang dan penggunaan senjata nuklir. Hal yang menjadikannya dicintai sekaligus dibenci.

Jiwa pemberontak dan vokalnya terhadap isu itu tumbuh dari hasratnya atas sebuah dunia di mana ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang bebas dari batasan otoritas dan prasangka sosial. Sejak usia yang muda, ia amat menghargai rasa ingin tahu dan ketakjubannya pada alamsemesta, yang akhirnya menjadi motivasi seumur hidupnya.

Dalam biografi ini, Walter Isaacson tak hanya membawa kita menyelami pemikiran Einstein, tetapi juga melukiskan sosok manusia di balik status ikon genius.

Spesifikasi Produk

SKU  :  BB-532
ISBN  :  9786231862150
Berat  :  920 gram
Dimensi (P/L/T)  :  16 cm/ 24 cm/ 4 cm
Halaman  :  732
Tahun Terbit  :  2023
Jenis Cover  :  Soft Cover

Produk Walter Isaacson