Lawan yang berasal dari Vietnam ini tahu betul bagaimana menjatuhkan mentalku. Kali ini, dia menatapku dengan tajam, memelototiku lama sekali. Aku ingat nasihat Kak Santo, kakak sekaligus pelatihku. “Kalau lawanmu ngeliatin terus, bales liatin lagi, lebih garang!” Duh ...! Memangnya ini pertandingan catur atau pertandingan  “mata siapa yang paling lama nggak kedip”?

Menjadi juara catur dunia? Mencapai gelar Grandmaster? Ah …sulit! Untuk ikut pertandingan di luar kota saja, Ruri harus meminjam uang Pak RT, apalagi kompetisi internasional.Tapi Ruri tak pernah mengeluh. Demi mencapai cita-citanya, Ruri tidak segan membantu di bengkel Bapak yang berprofesi sebagai sopir bajaj dan mendampingi Ibu berjualan makanan kecil. Dia selalu berharap bisa mengikuti pertandingan dan menang, agar bisa membantu Bapak dan Ibu membayar utang. Tak lupa, latihan-latihan keras bersama lawan yang lebih hebat pun dijalaninya. Hasilnya? Ruri berhasil menembus turnamen catur di Vietnam, Singapura, bahkan Yunani! Mau tahu bagaimana Ruri berjuang, bertanding catur, dan mengalami hal-hal kocak bersama teman-teman dan keluarganya? Baca kisahnya, kalau kamu ingin menjadi juara hebat seperti Ruri!